BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setip
kantor pasti memerlukan suatu unit yang mengelola segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan administrasi, kegiatan administrasi pada suatu
kantor pada dasarnya juga mempunyai suatu hasil seperti unit – unit lainnya. Hasil atau produk dari suatu kantor
adalah surat, formulir dan laporan. Pengelolaan surat, formulir dan laporan
yang dihasilkan dan diterima oleh suatu kantor pada akhirnya akan berhubungan
dengan kearsipan.
Menurut
kamus administrasi, kearsipan adalah suatu bentuk pekerjaan tata usaha yang
berupa penyusunan dokumen – dokumen secara sistematis sehingga bila mana
diperlukan lagi dokumen – dokumen itu dapat ditemuka secara secara cepat (Agus
Sugiarto dan Teguh Wahyono, 2005:2).
Suatu
kantor juga selalu membutuhkan bantuan data dan informasi untuk menyelesaikan
pekerjaan dan mengefektifkanmanajemennya untuk dapat mencapai tujun –tujuan
yang baik.
Apabila
arsip yang dimiliki oleh sebuah kantor kurang baik pengelolaannya, dapat
mengakibatkan sulit menemukan informasi yang telah disimpan dan akhirnya dapat
menghambat tahap proses pekerjaan selanjutnya. Mengingat peran arsip sangat
penting, maka sebaiknya arsip dikelola menggunakan sistem pengelolaan arsip yang baik dan benar.
Bedasarkan
uraian diatas, Maka kami mengambil judul yaitu sebagai berikut “SISTEM PENYIMPANAN ARSIP DI KANTOR
KECAMATAN BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA”
B.
Rumusan
Masalah
Mengacu pada latar
belakang masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana sistem
penyimpanan arsip di Kantor Kecamatan Bunguntapan Bantul Yogyakarta?
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan Penelitian
adalah untuk mengetahui sitem penyimpanan arsip di Kantor Kecamatan Banguntapan
Bantul Yogyakarta.
D.
Manfaat
Penelitiaan
Manfaat yang di peroleh
dari penelitian yang dilakukan di Kantor Kecamatan Banguntapan Bantul
Yogyakarta antara lain sebagai berikut:
1. Bagi
Instalasi Perkantoran
a. Dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangan di Kantor Kecamatan Banguntapan Bantul
Yogyakarta.
b. Hasil
penulisan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi di Kantor Kecamatan
Banguntapan Bantul Yogyakarta demi memperbaiki dan meningkatkan layanan kepada
masyarakat.
2. Bagi
Akademik
a. Menambah
bahan bacaan perpustakaan kampus.
b. Dapat
menjalin kerjasama guna membentuk kelancaran kegiatan diperkantoran.
3. Bagi
Peneliti atau Mahasiswa
a. Untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa program Diploma III Akademi
Manajemen Administrasi “YPK” Yogyakarta.
b. Hasil
dari penulisan penelitian ini dapat memperluas wacana mengenai kualitas
pelayanan di Kantor Kecamatan Banguntapan Bantul Yogyakarta.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
PENGERTIAN PENYIMPANAN ARSIP
Penyimpanan arsip merupakan usaha memelihara arsip dengan cara meletakkan
arsip di tempat penyimpanan (alat, ruang) yang dilakukan secara
sistematis, di mana arsip disusun secara teratur, menurut proses, metode,
menggunakan alat-alat tertentu menurut format arsip. Yang dimaksud format arsip
yaitu rupa, wujud, bentuk dan media arsip. Format arsip yang berbeda perlu
disimpan dengan sistem yang berbeda.
Pengelolaan arsip sebenarnya telah dimulai sejak suatu surat (naskah,
warkat) dibuat atau diterima oleh suatu kantor atau organisasi sampai kemudian
ditetapkan untuk disimpan, selanjutnya disusutkan (retensi) dan atau
dimusnahkan. Oleh karena itu, di dalam kearsipan terkandung unsur-unsur
kegiatan penerimaan, penyimpanan, temu balik, dan penyusutan arsip. Arsip
disimpan karena mempunyai nilai atau kegunaan tertentu.
Oleh karena
itu, hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah bagaimana prosedurnya,
bagaimana cara penyimpanan yang baik, cepat, dan tepat, sehingga mudah
ditemu-balikkan atau ditemukan kembali sewaktu-waktu diperlukan, serta langkah-
langkah apa yang perlu diikuti/dipedomani dalam penyimpanan arsip tersebut.
Untuk menyelenggarakan penyimpanan arsip secara aman, awet, efisien dan luwes
(fleksibel) perlu ditetapkan asas penyimpanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi masing-masing kantor/instansi yang bersangkutan.
Dalam penyelenggaraan
penyimpanan arsip dikenal 3 (tiga) macam asas yaitu asas sentralisasi, asas
disentralisasi dan asas campuran atau kombinasi. Penyimpanan arsip dengan
menganut asas sentralisasi adalah penyimpanan Arsip yang dipusatkan (central
filing) pada unit tertentu. Dengan demikian, penyimpanan arsip dari seluruh
unit yang acta dalam satu instansi/kantor dipusatkan pada satu tempat/unit
tertentu. Sebaliknya, penyelenggaran penyimpanan arsip dengan asas
desentralisasi adalah dengan memberikan kewenangan penyimpanan arsip secara
mandiri. Dalam hal yang demikian, masing-masing unit satuan kerja bertugas
menyelenggarakan penyimpanan arsipnya. Sedangkan asas campuran, merupakan
kombinasi antara desentralisasi dengan sentralisasi. Dalam asas campuran
tiap-tiap unit satuan kerja dimungkinkan menyelenggarakan penyimpanan arsip
untuk spesifikasi tersendiri, sedangkan penyimpanan arsip dengan spesifikasi
tertentu disentralisasikan.
Penyimpan
arsip yang diartikan dalam uraian ini adalah suatu kegiatan pemberkasan dan penataan
arsip dinamis, yang penempatannya secara actual menerapkan suatu sistem
tertentu, yang biasa disebut sistem penempatan arsip secara aktual. Kegiatan
pemberkasan dan penataan arsip dinamis tersebut popular dengan sebutan “filingSystem".
B.
TUJUAN PENYIMPANAN ARSIP
Penyimpanan arsip dilakukan dengan tujuan agar arsip aman, terjaga dan
terpelihara dengan menggunakan biaya seefisien mungkin; dan dapat terlindungi,
tahan lama dan mudah diakses atau ditemukan untuk keperluan kegiatan usaha dan
kebutuhan akuntabilitas serta sesuai dengan harapan masyarakat/pengguna.
Memelihara arsip dengan baik. Menyimpan warkat dengan sistem yang tepat,
sehingga mudah ditemukan kembali secara cepat dan tepat pula. Menyediakan
tempat penyimpanan yang memadai. Menjamin keselamatan warkat baik isinya maupun
bentuknya. Memberikan pelayanan peminjaman warkat dengan baik. Kearsipan adalah
semua kegiatan pengurusan arsip yang dimulai dari kegiatan penciptaan arsip,
penyimpanan (filling) dan penemuan kembali (finding), penyelamatan arsip
(pengamanan, pemeliharaan, dan perawatan) dan penyusutan arsip (pemindahan,
pemusnahan, dan penyerahan).
C.
SISTEM PENYIMPANAN ARSIP
1.
Sistem Abjad (Alphabetical Filling System)
System Abjad adalah sistem
penyimpanan arsip dengan memakai metode penyusunan menurut abjad. Umumnya
dipakai untuk arsip yang dasar penyusunannya dilakukan terhadap nama orang,
nama perusahaan atau organisasi, nama tempat, nama benda dan subjek masalah.
Nama-nama diambil dari nama si pengirim (surat masuk) dan nama alamat yang
dituju (surat keluar).
Cara menemukan dan menentukan
ciri atau tanda dari suatu dokumen yang akan dijadikan petunjuk atau tanda
pengenal (caption) untuk memudahkan
mengetahui tempat dokumen disimpan.Adapun kata tangkap dapat berupa : Nama
orang, Nama perusahaan atau organisasi, Nama tempat atau daerah, Nama benda
atau barang. Istilah subyek atau angka (tergantung sistem pengarsipan yang
dipakai). Menentukan ciri atau tanda dengan cara menentukan urutan unit-unit
atau bagian dari kata tangkap yang akan disusun menurut abjad.
2.
Sistem Perihal (Pokok Isi
Surat)
Sistem perihal adalah cara
penyimpanan dan penemuan kembali surat berpedoman pada perihal surat atau pokok
isi surat. Yang perlu dipersiapkan untuk sistem perihal adalah:
a.
Daftar Indeks; adalah daftar yang
memuat seluruh kegiatan atau masalah atau hal-hal yang dilakukan diseluruh
kantor dimana sistem ini diterapkan. Masalah-masalah tersebut kemudian
diuraikan lagi. Masalah-masalah pokok tersebut dalam pembagian utama, sedangkan
uraian masalahnya disebut dalam pembagian pembantu, apabila uraian masalah
masih dibagi lagi menjadi masalah yang lebih kecil, disebut sub pembagian
pembantu.
b.
Perlengkapan menyimpan surat-
Filling Cabinet- Guide- Folder- Kartu kendali.
c.
Pemberian kode surat.
d.
Penyimpanan surat, dengan
cara- Membaca surat untuk mengetahui isi surat- Memberi kode surat- Mencatat
surat dalam kartu kendali.
e.
Menyimpan kartu kendali.
3. Sistem Nomor
a.
Sistem nomor, sistem ini
menetapkan kode surat berdasarkan nomor yang ditetapkan untuk surat yang bersangkutan.Yang
diperlukan dalam sistem ini adalaha. Perlengkapan yang diperlukan adalah
Filling cabinet, Guide, Folder.
b.
Daftar klasifikasi nomor.
Kartu kendali dalam klasifikasi, nomor adalah daftar yang memuat semua kegiatan
atau masalah yang terdapat dalam kantor. Setiap masalah diberi nomor tertentu.
Dalam daftar ini terdapat tiga pembagian yaitu pembagian utama, memuat kegiatan
atau masalah pokok dari kantor, pembagian pembantu, memuat uraian masalah yang
terdapat pada pembagian utama, pembagian kecil memuat uraian masalah yang
terdapat pada pembagian pembantu. Guna daftar klasifikasi adalah sebagai
pedoman pemberian kode surat, sebagai pedoman untuk mempersiapkan dan menyusun
tempat penyimpanan.
Cara
penyimpanan surat yaitu surat dibaca lebih dahulu untuk mengetahui
permasalahannya, memberi kode surat, mencatat surat kedalam kartu kendali,
mencatat surat pada kartu indeks, menyimpan surat, menyusunan surat dalam
folder setiap surat yang baru selalu ditempatkan di urutan paling depan, dan
yang terakhir menyimpan kartu kendali
c.
Sistem nomor menurut Terminal
Digit. Didalam sistem ini kode penyimpanan dan kode penemuan kembali surat
memakai sistem penyimpanan menurut teminal digit, yaitu sistem penyimpanan
berdasarkan pada nomor urut dalam buku arsip. Dalam sistem ini yang perlu
dipersiapkan adalah perlengkapan untuk tempat penyimpanan surat yang
terdiri atas; filling cabinet dan kartu kendali. Yang berbeda disini adalah
mengindeks nomor kode untuk keperluan penyimpanan dan penemuan kembali surat.
Cara mengindeks nomor kode sebagai berikut
1) Dua angka
dari belakang sebagai unit 1, yaitu menunjukkan nomor laci dan nomor guide
2) Satu
angka setelah unit 1 sebagai unit 2 yaitu menunjukkan nomor folder
3) Sisa
seluruh angka sesudah unit 2 sebagai unit 3 yaitu menunjukkan surat yang
kesekian dalam folder. Cara penyimpanan surat; surat dengan nomor kode 55317,
berarti surat tersebut disimpan dalam laci 10-19, dibelakang guide 17, didalam
folder nomor 3, surat yang ke 55.
d. Sistem
Nomor Middle Digit. Sistem ini merupakan kombinasi dari Sistem Nomor Decimal
Dewey dan Sistem Nomor Terminal Digit. Yang dijadikan kode laci dan guide
adalah dua angka yang berada di tengah, sedangkan dua angka yang berada di
depannya menunjukkan kode map, kemudian dua angka yang berada dibelakangnya
menunjukkan urutan surat yang kesekian didalam map. Dalam sistem ini kode angka
harus berjumlah enam, sehingga terdapat dua angka ditengah, dua angka di depan
dan dua angka dibelakang. Seandainya angka kode kurang dari enam maka harus
ditambahkan angka nol di depannya sampai berjumlah enam angkla. Cara
penyimpanannya sama dengan Sistem Nomor Terminal Digit.
e. Sistem
nomor Soundex (phonetic system). Sistem Soundex adalah sistem penyimpanan
warkat berdasarkan pengelompokan nama dan tulisannya atau bunyi pengucapannya
hampir bersamaan. Dalam sistem ini nama-nama diganti dengan kode (notasi) yang
terdiri dari 1 huruf dan 3 angka. Susunan penyimpanannya adalah menurut abjad
yang diikuti urutan nomor.
4. Sistem
Geografis atau Wilayah
Sistem geografis atau wilayah
adalah suatu sistem penyimpanan arsip berdasarkan pembagian wilayah atau daerah
yang menjadi alamat suatu surat. Surat disimpan dan diketemukan kembali menurut
kelompok atau tempat penyimpanan berdasarkan geografi atau wilayah atau kota
dari surat berasal dan tujuan surat dikirim.
5. Sistem
Tanggal (Chronologis).
Sistem tanggal adalah sistem
penyimpanan surat yang didasarkan kepada tanggal surat diterima (untuk surat
masuk) dan tanggal surat dikirim (untuk surat keluar). Yang diperlukan untuk
sistem ini adalah perlengkapan yang diperlukan; filling cabinet dan guide buah,
.
Pembagian sistem tanggala.
Pembagian utama menggambarkan tahun (judul laci). Pembagian pembantu
menggambarkan bulan (judul guide). Pembagian kecil menggambarkan tanggal (judul
folder). Penyimpanan surat, langkah-langkah dalam penyimpanan surat, yait:
muenetapkan kode surat sebelum disimpan, mencatat surat pada kartu kendali, dan
terakhir enyimpan surat.
D.
PERALATAN MENYIMPAN ARSIP
1. Filing
Cabinet (file cabinet) adalah perabot kantor berbentuk
persegi empat panjang yang diletakkan secara vertikal (berdiri) dipergunakan
untuk menyimpan berkas-berkas atau arsip. Filing cabinet mempunyai
sejumlah laci yang memiiki gawang untuk tempat rnenyangkutkan folder gantung
(bila arsip ditampung dalam folder gantung). Filing cabinet terdiri
berbagai jenis, ada yang berlaci tunggal, berlacii ganda, horizontal plan
file cabinet, drawer type filing cabinet, lateral filing cabinet, dsb.
2. Map, yaitu berupa lipatan kertas atau karton manila
yang dipergunakan untuk menyimpan arsip. Jenisnya terdiri dari map biasa yang
sering disebut stopmap folio, Stopmap bertali (portapel), map
jepitan (snelhechter), map tebal yang lebih dikenal dengan sebutan ordner
atau brieforner. Penyimpanan ordner lebih baik dirak atau lemari,
bukan di dalam filing cabinet dan posisi penempatannya bias tegak.
Sedangkan Stopmap folio dan snelhechter penyimpanannya dalam
posisi mendatar, atau tergantung (bila yang dipakai snelhechter gantung)
di dalam filing cabinet, sedangkan portapel sebaiknya disimpan
dalam almari karena dapat memuat banyak lembaran arsip.
3. Folder merupakan lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi empat panjang
yang gunanya untuk menyimpan atau menempatkan arsip, atau satu kelompok arsip
di dalam filing cabinet. Bentuk folder mirip seperti stopmap folio,
tetapi tidak dilengkapi daun penutup, atau mirip seperti snelhechter tetapi
tidak dilengkapii dengan jepitan. Biasanya folder dilengkapi dengan tab,
yaitu bagian yang menonjoll dari folder yang berfungsi untuk menempatkan
kode-kode, atau indeks yang menunjukkan isi folder yang bersangkutan.
4. Guide adalah lembaran kertas tebal tau karton manila yang dipergunakan sebagai penunjuk
dan atau sekat/pemisah dalam penyimpanan arsip. Guuide terdiri
dari dua bagian, yaitu tab guide yang berguna untuk mencantumkan
kodekode, tanda-tanda atau indeks klasifikasi (pengelompokan) dan badan guide
itu sendiri. Jumlah guide yang diperlukan dalam sistem filing adalah
sebanyak pembagian pengelompokan arsip menurut subyeknya. Misalnya guide pertama
untuk menempatkan tajuk (heading) subyek utama (main subyek),
guide kedua untuk menempatkan sub-subyek, guide ketiga untuk yang lebih khusus
lagi, demikian seterusnya.
5. Almari Arsip
adalah almari yang khusus digunakan untuk menyimpan arsip. Bentuk dan
jenisnya bervasi, namun berkas atau arsip yang disimpan dalam almari arsip
sebaiknya disusun/ditata secara vertical lateral (vertikal berderet kesamping),
sehingga susunan arsip di dalam almari arsip sama dengan susunan arsip yang
disusun ditata di dalam rak arsip.
6. Berkas Kotak
(Box file) adalah kotak yang dipergunakan untuk menyimpan berbagai arsip
(warkat). Setiap berkas kotak sebaiknya diperbgunakan untuk menyimpan arsip
yang sejenis, atau yang berisi hal-hal yang sama. Selanjutnya berkas kotak
berderet ke samping).
7. Rak Arsip
adalah sejenis almari tak berpintu, yang merupakan tempat untuk menyimpan
berkas-berkas atau arsip. Arsip ditempatkan dirak susun secara vertikal lateral
yang dimulai selalu dari posisi kiri paling atas menuju kekanan, dan seterusnya
kebawah
8. Rotary
Filling adalah peralatan yang dapat berputar,
dipergunakan untuk menyimpan arsip-arsip (terutama berupa kartu).
9. Cardex (Card
Index) adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan arsip yang berupa kartu
dengan mempergunakan laci-laci yang dapat ditarik keluar memanjang. Kartukartu
yang akan disipan disebelah atas kartu diberi kode agar lebih mudah dilihat.
File yang dapat dilihat (Visible reference record file). Visible
reference record file adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan
arsip-arsip yang bentuknya berupa leflet, brosur, dan sebagainya.
E.
LANGKAH PENYIMPANAN ARSIP
Menurut Amsyah (2000:64),
langkah-langkah penyimpanan arsip terdiri dari:
1.
Memeriksa. Langkah ini adalah langkah
persiapan menyimpan warkat dengan cara memeriksa setiap lembar warkat untuk
memperoleh kepastian bahwa warkat-warkat bersangkutan memang sudah siap untuk
disimpan.
2.
Mengindeks, yaitu pekerjaan
menentukan pada nama apa atau subjek apa, atau kata tangkap (caption) lainnya
surat akan disimpan.
3.
Memberi tanda, dilakukan
secara sederhana yaitu dengan memberi tanda garis atau lingkaran dengan warna
mencolok pada kata tangkap yang sudah ditentukan pada langkah pekerjaan
mengindeks.
4.
Menyortir, yaitu mengelompokkan
surat-surat untuk persiapan ke penyimpanan.
5.
Menyimpan, yaitu menyimpan
arsip sebaiknya pada tempat yang sudah disediakan khusus untuk arsip-arsip agar
mudah dicari dan tidak kelihatan menumpuk.
F.
TEMPAT PENYIMPANAN ARSIP
Dilihat dari
segi nilai guna arsip, tempat penyimpanan arsip dibedakan menjadi 3 yakni
berada:
1.
Unit Pengolah. Sering juga disebut dengan unit kerja, dalam unit ini,
arsip masih berbentuk aktif atau masih digunakan dalam kegiatan adminiatrasi
sehari-hari.
2.
Unit Kearsipan adalah tempat
penyimpanan arsip yang memasuki kategori inaktif. Arsip yang disimpan disini
merupakan arsip yang masih di pergunakan dalam kegiatan administrasi
sehari-hari namun frekuensi penggunaannya menurun.
3. Depo Arsip
merupakan tempat penyimpanan arsip yang dikategorikan vital lokasi depo berada
di instansi pencipta arsip atau juga bisa milik Lembaga Kearsipan.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Lokasi
Penelitian
Lokasi
penelitian adlah di Kantor Kecamatan Banguntapan Bantul Yogyakarta
B.
Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data
sekunder yaitu
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya.
Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Contoh data primer yang di peroleh dari
wawancara langsung kepada manajer sumber daya manusia di Kecamatan
Banguntapan Bantul Yogyakarta berupa
data tentang proses perekrutan karyawan hingga pemberhentian karyawan.
2. Data Sekunder
Data sekunder
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang
telah ada. Data sekunder dalam penelitian yang dilakukan di Kecamatan
Banguntapan Bantul Yogyakarta berupa data
tentang gambaran umum Kecamatan Banguntapan Bantul
Yogyakarta, struktur organisasi dan
data tentang tugas dan wewenang masing-masing jabatan.
C. Metode
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1.
Metode Observasi
Metode observasi
adalah suatu prosedur yang berencana, antara lain meliputi melihat, mencatat,
dan lain-lain.
2.
Metode Wawancara
Metode wawancara
adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana para
peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang sasaran penelitian
(responden).
3.
Studi Pustaka
Studi Pustaka adala cara
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari bahan-bahan
bacaan yang berupa artikel dan buku-buku yang ada hubungannya dengan materi
yang diambil.
D.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan
Tugas Akhir ini adalah metode deskriptif yaitu metode analisis data yang
menggambarkan dan mengungkapkan fakta secara jelas dan teliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar